2 Samuel 15:7. Sesudah lewat empat tahun bertanyalah Absalom kepada raja: “Izinkanlah aku pergi, supaya di Hebron aku bayar nazarku, yang telah kuikrarkan kepada TUHAN.
Ketika seseorang berambisi tidak benar karena hatinya sudah buta, maka segala macam cara akan dilakukan untuk memuaskan keinginannya agar tercapai. Mungkin itu menipu, memberi hadiah, berbuat baik, menyuap atau menghalalkan segala cara supaya ia mendapatkan harta, jabatan, popularitas, kehormatan, kesuksesan dan sebagainya.
Seperti Absalom, ia memikat bangsa Israel untuk berpihak kepadanya, ia memberikan perhatian khusus kepada rakyatnya yang sedang mengadukan perkaranya. Perlakuan yang berbeda dari perlakuan raja yang dianggap tidak adil. Semuanya hanya untuk memikat hati rakyat supaya bisa menghimpun kekuatan dan merebut kekuasaan dari tangan raja Daud.
Absalom membiarkan dirinya dikuasai oleh nafsu yang merusak, nafsu licik itu pula yang mendorongnya untuk merebut kekuasaan tanpa mempedulikan bahwa Daud adalah raja yang di urapi Tuhan dan juga ayah kandungnya sendiri. Nafsu itu pulalah yang membuatnya untuk menggunakan berbagai cara yang kotor untuk menggalang kekuatan dari orang Israel.
Kelicikan Absalom bahkan menjadi-jadi, ia mengelabuhi raja Daud, dengan alasan membayar nazar di Hebron yang telah dia ikrarkan kepada Tuhan. Sepertinya niat yang baik dan sangat rohani dari Absalom, dan raja Daud pun memandang baik, tanpa mengetahui maksud Absalom yang jahat.
Apakah rencana licik Absalom berhasil? Hingga taraf tertentu ia memang berhasil, tetapi pada akhirnya ia jatuh akibat ambisi untuk merebut kekuasaan ayahnya Daud.
Di hutan Efraim terjadi pertumpahan darah yang dahsyat, tragisnya ia dan dua puluh ribu orang yang ditipunya telah tewas di medan peperangan. Tuhan bisa pakai apapun untuk menolong orang yang bersandar pada-Nya, yaitu Daud untuk mengakhiri pemberontakan Absalom. Dahan pohon tarbantin di hutan Efraim telah Tuhan pakai untuk menggantung Absalom sehingga ia tak berdaya antara langit dan bumi, Yoab dan ke sepuluh bujangnya hanya mengeksekusi saja.
Inilah kekuasaan Tuhan yang bisa memakai apa saja supaya mengokohkan tahta Daud dan mengakhiri ambisi anak durhaka itu. Akhir dari pemberontakan melawan ayah kandungnya sendiri ialah lobang yang besar di hutan dan tumpukan batu yang sangat besar sebagai peringatan inilah tempat seorang anak raja yang bernama Absalom.
Ambisi Absalom telah membutakan mata hatinya apapun jalan yang ia tempuh demi kekuasan dan kehormatan. Seandainya Absalom berlaku baik, mungkin raja Daud pasti akan mewariskan tahtanya kepada dia, karena Absalom adalah anaknya. Patut kita renungkan sehebat apapun seseorang tidaklah pantas untuk melawan dan memberontak kepada orang tua, apalagi raja Daud yang diurapi Tuhan, jelas tidak akan mendapat berkat dari Tuhan.
Marilah kita belajar dari Absalom, jangan terlalu ambisi untuk meraih segala sesuatu dalam hidup ini dengan cara yang licik atau menghalalkan segala cara. Mungkin kita berhasil dengan cara yang licik, tetapi ingat, pasti itu tidak akan lama. Kalau hidup kita benar di hadapan Tuhan, kita yakin suatu saat nanti pasti Tuhan sendiri yang akan mempromosikan kita, sebab hanya Dia yang sanggup mengangkat dan meninggikan kita.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.